Minggu, 30 Mei 2010

31 Mei 2010

Selesai ngajar.

Mendung lagi hari ini.

Beberapa es mambo buah yang aku buat kemaren sudah ada beberapa yang jadi. Aku orang pertama yang mencicipi (harus dong !hehehe)..hmm..enak juga rasanya. Rasa manis dan asamnya pas,ditambah tekstur buah pepaya dan nanas yang dingin beku. Warnanya juga cantik. Putih susu dengan tebaran warna merah pepaya dan kuning nanas.

Sudah bagi-bagi tester tadi ke tetangga. Moga mereka suka ya..

Hari ini rencananya mau buat es santan plus nangka,hmmmm...enak..moga bisa menuhin freezer. Pengen tau kapasitasna freezer ini berapa..

Dapat Ilmu Baru!

Hari Minggu. Agak mendung di luar. Hmm..enak nih kayaknya kalau seharian tidur di kamar. Hari mendung begini apa ada orang yang mau beli es. Eh, tapi 2 hari yang lalu, hujan, nyatanya jualan Mei habis juga satu termos..alhamdulillah..

Nengok isi kulkas. Masih ada beberapa es rujak dan cincau. Cukuplah untuk jualan Mei hari ini. Hari ini rencananya aku mau bikin es burjo lagi, sama es buah kali ya..plus es rasa melon..kegemarannya anak-anak kelas 2. Es melonnya kebetulan dah habis..

Tapi perut dah krucuk-krucuk minta diisi. Masak dulu deh, yang sederhana aja, kebetulan di kulkas masih ada sisa kangkung dan tahu. Jadi deh masak tumis kangkung plus tahu bumbu bawang putih dan kencur..enak enak enak..

Lagi asyik-asyiknya masak, Mei datang. Menyerahkan uang hasil jualan kemarin. Rp. 21.500. Alhamdulillah..jualannya habis semua. Langsung aku catat, sekalian catat uang tabungan Mei. Untuk setiap es mambo harga Rp. 500 yang dia jual, dia mendapat keuntungan 100 rupiah. Sedangkan untuk setiap es mambo seharga Rp.1000, dia mendapat keuntungan 200 rupiah. Selama satu minggu berjualan es, uang tabungan Mei sudah 30 ribu lebih. Dia senang sekali. Aku juga bersyukur..diberi kesempatan oleh Allah untuk berbagi dengan anak yatim ini. Melihat senyum lebar di wajah Mei, aku juga ikut senang..alhamdulillah...

Mei bilang besok dia akan libur berjualan selama seminggu, selama ulangan akhir semester. Good choice. Aku senang dia mementingkan sekolahnya daripada berjualan. Aku berharap minggu depan aku bisa mulai menitipkan es mambo buatanku ke warung-warung sekitar rumah.

Mei pergi dengan termos es terisi penuh di tangannya. Aku melanjutkan acara masak-masakku. Iris ini, goreng itu, ulek ini, tumis...foilaa..jadi juga akhirnya...itadakimasu!

Di tengah-tengah brunchku, mamah datang. Ibunda suamiku ini memang akhir-akhir ini sering berkunjung. Tepatnya sejak kami terjun ke bisnis es mambo, hehehe...Mamah datang gak sendirian. Beliau datang dengan nasi uduk,sayur nangka, tempe manis, pepes ikan, dan pepes tahu...subhanallah..Allah baik sekali, mengirim makanan berlimpah untukku :)

Hari ini rencananya kami akan mencoba membuat es mambo buah. Buahnya nanas dan pepaya. Rencananya kami akan buat setelah dhuhur. Kebetulan hari ini tak ada anak les di siang hari. Hanya ada satu kelas malam nanti.

Selepas dhuha dan dhuhur, eh ada tetangga yang mau beli es. Sang istri mau mencoba es rujak buatanku. Sang suami mulai bertanya-tanya padaku. "Mbak yang jualan es?" "iya" "Ini bisa lo diikat pake tali rafia" kata Bapak itu sambil menunjuk es mamboku yang diikat dengan karet. "mari saya tunjukkan. bisa tolong ambilkan plastik es mambo berisi air?" kata Bapak itu lagi.Tali rafia?maksudnya diikat dengan tali rafia?emang apa bedanya?bukannya malah kelihatan aneh?pikirku. Tapi aku menurut saja, walaupun ada rasa enggan, namun rasa penasaran mengalahkanku. Aku masuk ke kamar mengambil plastik es mambo dan mengisinya dengan air dikamar mandi lalu menyerahkannya ke sang bapak. Bapak itu berdiri di samping sepeda motorku. Di sadelnya masih melilit tali rafia hitam bekas kotak styrofoam yang aku beli di Denpasar kemarin. "Lihat nih mbak" kata bapak itu lagi. Dia memuntir plastik es mambo, mengambil seutas tali rafia yang salah satu ujungnya terikat di sepeda motorku, menempelkan ujung es mambo di tali rafia itu, membuat beberapa simpul, lalu secepat kilat menarik simpul itu dan...ujung plastik es mambo itu sekarang tersimpul mati sempurna! wow! seperti sulap. Aku baru sekali ini melihat cara mengikat plastik mambo yang ajaib seperti itu.

Bapak ini ternyata juga berbisnis es mambo di daerah asalnya di Jember. Dia bersedia mengajari aku dan mamah cara mengikat ujung plastik es mambo dengan tali rafia. Dia bilang, cara ini sangat menghemat waktu. Selain itu, kami tak perlu memberi gelang karet lagi. Subhanallah...alhamdulillah...dapat ilmu baru nih..

Yah, namanya juga ilmu baru,perlu banyak latihan dan"korban" ya. Saat siang itu kami akhirnya siap membungkus es buah, ternyata ilmu yang baru kami dapatkan tadi menemui banyak ujian. Tali rafia yang kami tarik malah menjadi simpul mati, bukannya lepas seperti seharusnya. Heran, padahal rasanya kami sudah melakukan dengan benar seperti yang tadi sudah kami praktekkan. Lantai tergenang larutan gula yang tumpah saat kami menarik tali dengan kuat. Seprai, karpet, dan wajah kami tak luput dari cipratan air gula. Telunjuk kiriku sudah memerah perih karena menarik rafia kuat-kuat. Baju dan rokku bahkan sudah basah kuyup karena beberapa kali plastik es mambo tergelincir dari tanganku dan mendarat di rok. Basah dan lengket. Sementara waktu terus berjalan. Hari sudah semakin sore, sebentar lagi malam dan murid-muridku akan segera datang. Belum ada satu es mambo pun yang berhasil kami ikat.

Menyerah?

Tidak akan. Aku membayangkan betapa cepatnya pekerjaan kami nantinya apabila kami bisa menguasai teknik ini. Tak apalah berkorban waktu, tenaga, plastik es, baju, rok, dan jilbab :)

Setelah terguyur air gula untuk yang kesekian kali, akhirnya aku berhasil juga. Alhamdulillah...
Dan benar saja, pekerjaan kami menjadi lebih cepat. Dalam waktu kurang lebih 1 jam, kami bisa membungkus 70 es mambo. Aku yakin, kami akan semakin cepat nantinya.

Terimakasih banyak untuk Bapak yang sudah bersedia berbagi ilmu. Semoga Allah melipatgandakan pahalamu. Amin...